Jumat, 21 November 2008

Grammatophyllum Category

Pohon Anggrek Terbesar dan Terberat di Dunia


Ini dia si jawara kelas berat dari dunia anggrek. Jawara ini bernama Grammatophyllum speciosum atau seringpula disebut-sebut dengan nama G. papuanum yang diyakini sebagai salah satu variannya. Tanaman ini tersebar luas dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, hingga Papua. Oleh karena itu, tidak heran bila banyak ditemukan varian-varian nya dengan bentuk tanaman dan corak bunga yang sedikit berbeda. Dalam satu rumpun dewasa, tanaman ini dapat mencapai berat lebih dari 1 ton dan panjang malai bunga hingga 3 meter dengan diameter malai sekitar 1,5-2 cm. Itulah sebabnya malai bunganya mampu menyangga puluhan kuntum bunga berdiameter 7-10 cm. Dari corak bunganya…penduduk lokal sering menjulukinya dengan sebutan anggrek macan…akan tetapi sebutan ini sering rancu dengan kerabatnya, Grammatophyllum scriptum yang memiliki corak serupa. Oleh sebab itu, anggrek ini populer juga dengan sebutan sebagai anggrek tebu, karena sosok batang tanamannya yang menyerupai batang pohon tebu. Meskipun persebarannya cukup luas…anggrek ini justru menghadapi ancaman serius dari perburuan tak terkendali serta kerusakan habitat. Sosok pohonnya yang sangat besar mudah terlihat oleh para pemburu, terlebih lagi saat memunculkan bunganya yang mencolok. Belum lagi perkembangbiakan alami di habitat dengan biji sangatlah sulit diandalkan karena lambatnya laju pertumbuhan dari fase biji hingga mencapai tanaman dewasa yang siap berbunga. Mungkin hal inilah yang mendasari kenapa anggrek ini menjadi salah satu species anggrek yang dilindungi.

Sebagai pecinta anggrek, pasti anggrek ini akan menjadi salah satu “most wanted” dalam daftar koleksi. Agar perburuan liar terhadap anggrek ini di habitatnya dapat dikendalikan, maka langkah-langkah budidaya secara vegetatif maupun generatif harus segera diberdayakan. Apalagi anggrek ini terkenal sangat mudah menumbuhkan tunas dari stek bulbnya. Setidaknya, dengan membudidayakannya secara vegetatif atau membeli bibit anggrek tebu hasil perkembangbiakan vegetatif (tunas dari stek bulb) dapat menjadi salah satu upaya memelihara kelestarian anggrek alam Indonesia.


Grammatophyllum stapeliaeflorum


gram.satplflrm
Gambar diambil dari http://www.geocities.com/

Kerabat jenis anggrek ini jumlahnya agak terbatas. Berdasarkan catatan sementara, di Indonesia hanya ditemukan 3 jenis, yaitu anggrek tebu (G. speciosum), anggrek macan (G. scriptum) dan Anggrek sendu (G. stapeliaeflorum).

Anggrek ini biasa disebut anggrek sendu karena warnanya yang kusam dan bentuk bunga yang menggantung seperti cucuran air mata. Bulbnya menyerupai bulb anggrek macan (G. scriptum) hanya saja kulit permukaan luarnya tampak lebih mengkilat dan kaku seperti dilapisi plastic, berbuku tunggal dengan panjang kira-kira 14 cm, lebar 6 cm, agak memipih dengan 2-3 daun pada puncaknya. Daun berukuran cukup lebar, panjang kira-kira 35 cm yang makin menyempit kearah pangkalnya. Bunganya muncul dari dasar bulb dengan tandan bunga yang merunduk dan menggantung ke bawah. Panjang tandan bunga sekitar 30 cm. Pada tandan tersebut tumbuh sebanyak 12 kuntum bunga. Bunga berwarna coklat kelabu keunguan dengan totol-totol ungu tua, berbau tidak sedap.

Jenis ini ditemukan di hutan-hutan di Sumatera, Jawa sampai dengan Sulawesi. Tumbuh secara epifit pada pohon-pohon di hutan-hutan yang agak terbuka. Berdasarkan catatan sementara tanaman ini berbunga pada bulan-bulan Januari, Februari, Juni, Juli. Apakah waktu berbunga tersebut sama dengan berbunganya di alam masih perlu diteliti. Masa mekar bunganya antara 13-15 hari. Buah berbentuk jorong.

Tanaman ini sudah mulai dibudidayakan, tapi sayang peminatnya masih sedikit karena masih kalah populer dibanding dua kerabatnya yang lain, anggrek tebu dan anggrek macan. Umumnya dipelihara di pot besar atau pot gantung besar dengan media tumbuh cacahan akar pakis dan sedikit sabut kelapa. Penyiraman diperlukan tetapi tidak setiap hari. Mudah dikembangbiakkan dengan anakan. Meskipun penampakan bunganya yang kurang menarik, namun anggrek ini merupakan satu-satunya anggota keluarga Grammatophyllum yang memiliki morfologi tandan dengan posisi menggantung. Keunikan inilah yang membuat anggrek species ini mulai dilirik banyak para kolektor.


Grammatophyllum Speciosum

Grammatophyllum Speciosum, atau Anggrek Harimau, adalah anggrek terbesar di dunia. Berkembang biak di sela-sela pohon besar, anggrek ini bisa mencapai panjang 15 ft; Satu rumpun tanaman pernah tercatat memiliki berat 2 ton. Berada di lingkungan panas, hutan tropis yang lembab di kawasan Malaysia, Sumatra, and New Guinea, anggrek ini dikenal karena penampilannya yang luar biasa pada saat berbunga, walupun cuma berbunga sekali dalam 2 sampai 4 tahun.

Bunga anggrek harimau, juga dikenal anggrek tebu, sangat tahan lama dan dapat bertahan sampai 2 bulan. Bunganya dapat mencapai 6 in berwana kuning krim denga bintik coklat atau merah tua. Stem bunga dapat mencapai 6-9 in dengan 60-100 kuntum per tangkai.

Grammatophyllum Speciosum


Grammatophyllum Scriptum

Berukuran besar, tumbuh secara epifit di daerah panas. Berasal dari Asia Tenggara, Papua dan New Guinea, diketemukan pada ketinggian sampai 100 meter dari permukaan laut dan selalu dekat dengan laut, kadang terdapat di sela-sela tangkai daun kelapa.

Grammatophyllum Scriptum

Dendrobium Category

Si Raja Tanduk dari Papua


Begitulah sebutan bagi anggrek yang memiliki nama latin Dendrobium sutiknoi P.O’bryne. Anggrek ini dideskripsikan dan dipublikasikan untuk pertama kali pada Mei 2005 di Jurnal fur den Orchideenfreund. Nama sutikno ini sendiri diambil dari nama seorang hobiis dan pedagang anggrek di Tretes, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur yang kemudian dideskripsikan untuk pertama kali oleh Mr. Peter O’bryne di Singapura. Sejarahnya, ternyata anggrek ini ditemukan secara tidak sengaja oleh beliau di antara batang-batang D. lasianthera, namun tiba saat berbunga tampaklah perbedaan tersebut. Oleh karena karakter bunganya yang unik maka beliau yakin bahwa anggrek ini berpotensi menjadi species baru.

Species ini berasal dari Papua dan Kepulauan Morotai (Indonesia). Sejauh ini telah ditemukan dua varian warna, yaitu oranye tembaga dan hijau kekuningan. Sosok tanamannya mirip dengan anggrek-anggrek section Spatulata lainnya. Batangnya cukup tinggi mencapai 1-1,5 meter. Bentuk daunnya elips agak bulat telur, semakin kearah ujung atas ukuran daunnya semakin mengecil. Karakter unik dari anggrek ini adalah petal nya yang sangat panjang (mirip petal D.stratiotes) serta bentuk ujung labellumnya yang sempit dan melengkung dan hampir menyerupai labellum Dendrobium tobaense. Kelebihan anggrek section Spatulata ini adalah sifat dominan nya yang sangat kuat pada hybrid-hybrid keturunannya. Tidak seperti pada D.tobaense yang bentuk labellumnya bersifat resesif sehingga akan mudah terdegradasi oleh hybridisasi.

Saat ini, hybrid-hybrid maupun hasil selfing dari D.sutiknoi telah banyak beredar di pasaran anggrek di Asia tenggara. Namun menurut informasi dari seorang rekan hobiis senior dari Malaysia, setelah sekian lama D.sutiknoi dimanfaatkan sebagai parent/induk silangan, ternyata anggrek ini kurang begitu diminati oleh para penyilang sebagai parent karena sifatnya genetiknya yang sangat dominan, sehingga selalu mengalahkan karakter dari induknya yang lain, akibatnya hybrid yang terbentuk juga terlalu condong ke arah karakteristik D.sutiknoi. Namun hal ini tidak begitu dipersoalkan oleh para penggemar dan konsumen anggrek hybrid, sehingga tidak mengurangi minat para penggemar anggrek pada umumnya untuk tetap mengkoleksi hybrid-hybrid turunan D.sutiknoi, karena tetap saja hybridnya cantik dan unik dipandang. Di Indonesia sendiri, anggrek ini maupun hybridnya belum begitu tersosialisasi secara luas, sehingga tak heran bila harganya melambung sangat tinggi.

Meskipun demikian, anggrek ini merupakan harta genetis yang tak ternilai. Sehingga langkah-langkah serius untuk menjaga kelestarian genetisnya perlu segera dilakukan.


Dendrobium capra

dendro
gambar dari www.orchidsindonesia.com

Anggrek dendrobium yang dikenal juga sebagai anggrek bintang hijau ini merupakan anggrek dataran rendah yang pertumbuhannya relative lambat, akan tetapi memiliki vigor tunas yang cukup tinggi. Persebaran Dendrobium capra tidak terlalu luas atau dapat dikatakan endemik daerah Jawa Tengah hingga Jawa Timur, namun ada pula laporan yang mengatakan anggrek ini ditemukan pula di daerah kepualauan Bali hingga Nusa Tenggara.

Perawakannya yegap dan kaku, batangnya memiliki panjang hingga 40 cm. Diameter batang akan mengecil pada bagian pangkal dekat akar dan tampak menggembung pada bagian tengah batang. Daunnya kaku, berbentuk lanset dengan ujung meruncing, daunnya tersebar hanya dibagian atas batang. Panjang daun mencapai 15 cm dengan lebar 1,5-2 cm. Gagang pembungaannya muncul dari batang bagian ujung, panjangnya mencapai 30 cm, menyangga 4-8 kuntum bunga. Bunganya berbentuk bintang, berwarna hijau muda kekuningan dengan lidah yang dihiasi garis-garis keunguan, mengkilat, kaku dan tampak berlilin. Bunganya berukuran 2,5-3 cm dengan ketahanan mekar hingga lebih dari 1 bulan.

Dari pengamatan penulis terhadap specimen yang berasal dari Gunung Kidul, Jogjakarta. Anggrek ini dapat berbunga sepanjang tahun khususnya pada bulan-bulan kemarau dan peralihan musim. Anggrek ini merupakan anggrek dataran rendah dengan ketinggian 20-900 m dpl. Menyukai kondisi yang tidak terlalu lembab, terbuka (aerasi lancar), intensitas cahaya yang cukup tinggi dengan media tumbuh yang drainasenya lancar, misal arang, potongan pakis atau potongan kayu. Dendrobium ini banyak tumbuh di hutan-hutan jati di Jawa Tengah Jogjakarta dan Jawa Timur dan mampu beradaptasi dengan kondisi kering. Saat-saat terkering pada musim kemarau dimana pohon jati meranggas anggrek ini terpapar cahaya dengan intensitas yang kuat sehingga merangsang pembungaan. Oleh karena itu pula anggrek ini terkenal toleran terhadap kekeringan.

Anggrek ini memiliki potensi kedepan untuk menjadi indukan unggul yang dapat mewariskan sifat-sifat antara lain, warna hijau muda mengkilat, bunga tahan lama dan sosok tanaman yang pendek.



Dendrobium Sulawesiense

Baru diketemukan spesies dari Sulawesi (Indonesia), Dendrobium sulawesiense (syn. Den. crepidiferum) adalah anggrek yang cukup mencolok dengan bunga besar berwarna magenta serta lidah berwarna oranye dan tahan lama. Toleran pada suhu sedang sampai hangat, spesies ini membutuhkan kelembababan tinggi dan tingkat cahaya sedang.

Dendrobium Sulawesiense

Cymbidium finlaysonianum

Cymbidium finlaysonianum


Cymbidium finlaysonianum
Gambar diambil dari http://www.morninggarden.com

Di Kalimantan Barat anggrek ini dinamakan sakat lidah ular tedung atau lau pandan. Orang sumatera mengenalnya dengan nama anggrek pandan, karena perawakannya memang sekilas menyerupai pandan. Untuk membedakannya dengan anggrek lainnya yang perawakannya mirip pandan seperti Vanda tricolor, anggrek ini diberi nama “anggrek lidah ular”.

Tumbuhan ini hidup menumpang pada pohon-pohon besar. Tumbuhnya merumpun karena tunas-tunas yang keluar disekitar tumbuhan induk. Batangnya sangat pendek dan tertutup rapat oleh pelepah daun. Daunnya berbentuk pita, tebal dan kaku, ujungnya membelah dua. Lebar daun antara 2-3 cm, terkadang pada kondisi subur, daunnya dapat mencapai satu meter panjangnya. Memiliki akar lekat dan akar udara. Akar lekatnya berdiameter lebih besar dan agak memipih dengan penebalan jaringan meristem ganda berwarna keputihan. Bunganya tersusun dalam tandan yang panjangnya dapat mencapai 1 meter lebih, menjuntai kebawah menyerupai lidah ular. Dalam satu rumpun dapat muncul beberapa tandan bunga sekaligus. Terdapat 15-30 kuntum bunga pada setiap tandannya. Masing-masing bunga bergaris tengah 6 cm. Sepalnya berbentuk lanset, membentuk bintang. Warnanya kuning semburat kemerahan. Lidahnya berwarna merah marun dengan corak putih yang mencolok.

Anggrek ini dijumpai tumbuh liar di tempat-tempat yang sedikit terbuka, di hutan jati dan hutan campuran. Tumbuh pada ketinggian antara 5-300 m dpl. Di tempat-tempat tersebut anggrek ini berbunga sepanjang tahun. Setiap kuntum bunga dapat bertahan mekar selama 12 hari. Penyebaran anggrek ini sangat luas, Indonesia, Filipina, Burma, Laos, Kamboja, Vietnam, Thailand, dan Malaysia. Karena anggrek ini sangat mudah dipelihara maka sekarang jenis ini banyak dibudidayakan orang.

Coelogyne Category

Coelogyne celebensis si Jelita dari Celebes

Anggrek ini memiliki nama ilmiah Coelogyne celebensis. Kata celebensis diambil dari nama Celebes atau Sulawesi. Dari namanya, kita tahu jika tanaman ini memiliki habitat asal di Sulawesi. Morfologi tanamannya sekilas nampak serupa dengan kerabat dekatnya Coleogyne speciosa. Bahkan tipe bunga nya pun tampak tak ada beda. Namun bagi yang jeli, perbedaan yang cukup mencolok dapat dikenali lewat bentuk labellum serta tonjolan-tonjolan yang berada diatas labellum tersebut. Bunga ini mampu merekah sempurna selama 5-7 hari, setelah itu bunga akan layu dan segera digantikan dengan tunas bunga selanjutnya. Tandan bunganya berukuran kecil dan panjang, sehingga tidak proporsional jika dibandingkan dengan ukuran bunganya yang cukup besar. Itulah sebabnya, saat bunga nya mekar, maka tandannya akan terkulai kebawah, sehingga bunganya tampak menunduk. Anggrek ini memiliki daun yang lebar, berbentuk bulat telur, dan permukaannya bergelombang. Seperti kebanyakan anggrek lainnya, tanaman ini juga memiliki bulb/umbi semu yg menggembung untuk menyimpan air dan cadangan makanan. Anggrek ini termasuk anggrek dataran rendah yang rajin berbunga dan cepat beradaptasi.

Coelogyne speciosa, sang putri yang tersisihkan


Sosoknya bunganya anggun layaknya seorang putri yang bersembunyi di balik rimbunnya semak belukar. Sang putri yang elok dan menawan ini memiliki nama Coelogyne speciosa. Meskipun persebarannya sangat luas, bukanlah alasan untuk menelantarkannya. Hampir banyak pedagang tidak terlalu memperdulikannya dengan alasan harganya yang kurang bersaing. Sikap yang sama sering datang dari para pembeli yang sering mencibir saat melihat sosoknya teronggok di stand pameran, bahkan diantaranya berkomentar “walah…anggrek kaya gitu kan dah sering liat..dimana-mana juga ada, heran…hari gini masih ada yang ngejual”. Demikian pilu kisah sang putri hutan.

Keberadaannya di alam memang tidak selangka teman-temannya, namun hal ini semata-mata akibat upaya si anggrek. Kemampuan adaptasinya yang luas, tingkat pertumbuhan yang cepat, rajin berbunga, serta kemampuannya melakukan selfing secara alami merupakan kelihaian khusus yang menyebabkan keberadaannya akan terus langgeng di alam…dan juga dirumah kita. Tidak mau kalah dengan temannya terdahulu, sang putri juga menyampaikan harapannya kepada siapapun agar dirinya dapat dikembangbiakkan yang kemudian disisihkan sebagian sebagai hiasan alam. Siapapun dia, sang putri akan berterima kasih dan tersenyum bahagia kepada sang pahlawan.


Coelogyne Pandurata


Dikenal dengan nama Anggrek Hitam atau Black Orchid, karena pada lidahnya terdapat warna hitam. Coelogyne pandurata Lindley tersebar di Malaysia, Sumatra, Kalimantan dan di Philipina di Mindanao, Luzon dan pulau Samar. Pada umumnya tumbuh pada pohon tua, didekat pantai atau di daerah rawa dataran rendah yang cukup panas.


Coelogyne Pandurata

Kamis, 20 November 2008

Gambar Anggrek





Budidaya Anggrek Bulan

Warna-Warni Si Anggrek Bulan

kebun phalaenopsis

Siapapun pasti terpikat melihat keindahan bunga Phalaenopsis alias si anggrek bulan yang tergantung pada tangkai-tangkai bunga yang keluar dari tanaman2 anggrek yang sehat, yang sedang melayang-layang bagaikan kupu2 mengikuti semilir angin yang kerap menggerakan bunga2 tersebut. Penampilannya memang wah dan phalaenopsis agaknya semakin populer saja di kalangan hobbiis anggrek dewasa ini. Namun ada anggapan bahwa genus anggrek ini cukup sulit dipelihara apalagi untuk membuatnya berbunga, tapi ternyata dengan beberapa tips dan triks yang praktis dan sederhana ternyata phalaenopsis dapat dibuat agar rajin berbunga dengan indahnya dan tentunya akan memuaskan mata-mata yang memandang.

Beberapa tips dan trik yang efektif adalah :
1. Jika ingin memelihara dari kecil/botolan lebih baik membeli species/hibrida yang sudah mempunyai nama ataupun berasal dari silangan nursery yang sudah ahli dibidangnya. Bibit yang baik adalah langkah pertama yang penting sebelum melanjutkan ke langkah berikutnya.
2. Jika membeli ukuran dewasa maka kenalilah dulu sifat Phalaenopsis anda sebelum membeli
3. Banyak membaca artikel2 mengenai pemeliharaan Phalaenopsis dari buku2 anggrek atau media elektronik spt internet agar semakin mengasah kemampuan kita.
4. Akar, yang sehat mutlak dibutuhkan untuk pembungaan, jadi perhatikan media yang digunakan agar akar phalaenopsis dapat tumbuh sempurna, sifat media dipilih yang dapat menyerap air tapi tidak menyimpan air, kombinasi media dapat dilakukan agar didapatkan sifat2 yang pas.
5. Tanpa akar yang sehat, maka daun tidak akan tumbuh dengan baik, ciri2 tanaman yang sehat biasanya daun baru akan tumbuh makin besar/sama besar dengan daun sebelumnya. Jagalah daun agar tetap sehat krn pada organ ini yang berguna untuk memproduksi zat hara yang akan digunakan oleh tanaman.
6. Jaga jangan sampai Phalaenopsis anda terkena hujan, daunnya yang besar dan bergelombang sering menyebabkan air hujan tertinggal dan dapat menyebabkan jamur penyakit untuk berkembang biak dan menyerang anggrek anda.
7. Jaga jangan sampai terjadi dehidrasi pada anggrek anda, lakukan penyiraman secara teratur, namun tidak berlebih.
8. Pemupukan dilakukan pada kedua bagian daun, atas dan bawah, pada waktu pagi hari sebelum cahaya matahari mengenai tanaman anda.
9. Gunakan beberapa macam pupuk, selang-seling antara pupuk kimia dan pupuk organik, jika tanaman sudah dewasa boleh digunakan pupuk booster yang berkadar P tinggi.
10. yang paling penting erhatikan 4 unsur penting dalam pemeliharaan Phalaenopsis yang tidak dapat diabaikan, diantaranya :
a. Cahaya, Phalaenopsis termasuk anggrek yang tergolong tidak tahan oleh sinar matahari langsung, sinar matahari pagi-siang yang terhalang oleh bayangan dedaunan termasuk yang paling baik untuk menunjang pertumbuhan vegetatif dan memicu pembungaan. Umumnya Phalaenopsis dinaungi oleh paranet 65% jika area tanam terbuka dan paranet 55% jika area tanam dikelilingi oleh tembok/pohon2 besar.
b. Kelembaban : Phalaenopsis suka dengan kelembaban, idealnya antara 60%-75%, terlalu lembab akan menyebabkan jamur mudah berkembang biak, terlalu kering akan menyebabkan tanaman dehidrasi. Untuk menjaga kelembaban dapat diletakan tanaman paku2an dan gentong air yg berisi tanaman dibawah pot Phalaenopsis
c. Aerasi : Phalaenopsis termasuk anggrek epifit yang biasanya menempel pada pohon induk yang tinggi, dan menyukai aliran angin yang semilir, aerasi jg menjaga kadar kelembaban agar tidak terlalu jenuh.
d: Temperatur : biasanya kunci pemicu pembungaan phalaenopsis adalah jika terjadi perbedaan suhu tertinggi - terendah sekitar 10 derajat celcius, oleh karena itu temperatur ideal untuk si kupu2 ini adalah 18-28 drjt celcius. Jk diperhatikan maka masa-masa memasuki musim hujan akan menjadi waktu ideal bagi phal anda untuk memunculkan calon spikenya.

Dengan memperhatikan semua hal diatas maka diharapkan semua hobiis dapat membungakan phalaenopsisnya sekaligus menepis anggapan bahwa memelihara phalaenopsis itu sulit, selamat mencoba.

Bioinsektisida, pengendali hama yang ramah lingkungan

Serangan hama merupakan salah satu faktor pembatas untuk peningkatkan produksi pertanian yang dalam kasus ini adalah pemeliharaan anggrek. Untuk megendalikan hama seringkali digunakan pestisida kimia dengan dosis yang berlebih. Padahal akumulasi senyawa-senyawa kimia berbahaya dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan dan kesehatan manusia. Ditengah maraknya budidaya pertanian organik, maka upaya pengendalian hama yang aman bagi produsen/petani dan konsumen serta menguntungkan petani, menjadi prioritas utama. Salah satu alternatif pengendalian adalah pemanfaatan jamur penyebab penyakit pada serangga (bioinsectisida), yaitu jamur patogen serangga Beauveria bassiana.
Jamur Beauveria bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang-benang halus (hifa). Kemudian hifa-hifa tadi membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur ini tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit terhadap serangga inangnya.

inokulan murni nya rio

Laboratorium BPTPH Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengembangkan dan memproduksi secara massal jamur patogen serangga B. bassiana sebagai insektisida alami. Berdasarkan kajian jamur B. bassiana efektif mengendalikan hama walang sangit, wereng batang coklat, dan kutu (Aphids sp). Akan tetapi, bukan tidak mungkin akan efektif bila diuji coba pada serangga-serangga hama anggrek seperti kutu gajah.

Sistem kerjanya yaitu spora jamur B. bassiana masuk ketubuh serangga inang melalui kulit, saluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Selain itu inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang dapat berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus kutikula tubuh serangga. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Jamur ini selanjutnya akan mengeluarkan racun beauverin yang membuat kerusakan jaringan tubuh serangga. Dalam hitungan hari, serangga akan mati. Setelah itu, miselia jamur akan tumbuh ke seluruh bagian tubuh serangga. Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh mengeras seperti mumi dan tertutup oleh benang-benang hifa berwarna putih.

Dilaporkan telah diketahui lebih dari 175 jenis serangga hama yang menjadi inang jamur B. bassiana. Berdasarkan hasil kajian jamur ini efektif mengendalikan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kutu (Aphids sp.) pada tanaman sayuran.
Beberapa keunggulan jamur patogen serangga B. bassiana sebagai pestisida hayati yaitu :

  • Selektif terhadap serangga sasaran sehingga tidak membahayakan serangga lain bukan sasaran, seperti predator, parasitoid, serangga penyerbuk, dan serangga berguna lebah madu.
  • Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam tanah maupun pada aliran air alami.
  • Tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman
  • Mudah diproduksi dengan teknik sederhana.

Teknik aplikasinya cukup mudah, yaitu dengan mengambil 2-3 gr formulasi dan disuspensikan dalam 1 ltr air, tambahkan 3 sendok gula pasir per tangki, waktu semprot sore hari. Dalam satu kemasan formulasi B. bassiana, berisi 100 gram formulasi padat. Itupun dapat dikembangbiakan secara konvensional, sehingga lebih menghemat pengeluaran. Akhirnya, walaupun keberhasilan dari insektisida biologis dari jamur ini memberikan dampak positif terhadap pengendalian serangga hama tanaman dan keselamatan lingkungan. Namun dalam penerapannya di masyarakat masih minim, sehingga memerlukan upaya sosialisasi yang lebih intensif.

Salah Penyiraman Bisa Berakibat Busuk Tunas Anakan

Tak ada salahnya berhati-hati saat anda melakukan penyiraman di rumpun anggrek anda. Penyiraman yang kurang hati-hati dapat menyebabkan pembusukan pada tunas anakan. Tunas anakan anggrek, khususnya pada golongan dendrobium saat tumbuh akan membentuk kuncup daun yang menyerupai mahkota pada bagian atasnya. Kuncup yang menyerupai mahkota ini tak lain adalah ujung-ujung daun muda yang belum membuka sempurna dan posisi ujung daun tegak keatas dengan membentuk suatu cekungan/rongga sempit di bagian tengahnya, persis menyerupai mahkota.

Kenapa Kuntum Bunga Anggrek Rontok?

null

Melihat tonjolan kecil muncul dari tubuh tanaman anggrek kita mungkin sudah sering kita alami. Akan tetapi akan sangat membahagiakan bila tonjolan kecil tadi tumbuh menjadi sebuah tandan bunga dengan calon kuntum yang berderet di sepanjang tandan bunga. Setelah hari demi hari dilalui, calon kuntum semakin membesar dan….tiba tiba 1-2 buah calon kuntum menguning dan rontok….!!?? meskipun beberapa calon kuntum lainnya berhasil dewasa dan mekar sempurna, namun dalam hati ada rasa penasaran, mengapa hal tersebut terjadi….

Air Kelapa Pemacu Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek

Air kelapa ternyata memiliki manfaat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Air kelapa yang sering dibuang oleh para pedagang di pasar tidak ada salahnya untuk kita manfaatkan sebagai penyubur tanaman. Selama ini air kelapa banyak digunakan di Lab sebagai nutrisi tambahan di dalam media kultur jaringan. Read the rest of this entry »

Mengawetkan Kesegaran Bunga Anggrek Potong

Phalaenopsis
Gambar diambil dari http://www.votawphotography.com

Bunga anggrek makin diminati. Pada saat ini makin banyak dihasilkan varietas baru anggrek didalam negeri. Tantangannya adalah menjaga agar bunga anggrek potong dapat tetap segar dalam waktu cukup lama. Pengiriman bunga anggrek potong tanpa pengawet kesegaran bunga, dikhawatirkan menurunkan umur peragaan bunga dan diameter bunga.
Biasanya dilakukan pulsing, yaitu mencelupkan tangkai bunga potong sedalam 4 cm kedalam larutan nutrisi selama 16 jam dalam ruang sejuk (21 derajat celcius), guna memberi bekal nutrisi cadangan sekaligus dapat melindungi tangkai bunga dari serangan mikroorganisme penyumbat pembuluh tangkai. Selama ini dipergunakan larutan pulsing berupa sukrosa 50 g/l, perak nitrat 25 ppm, asam sitrat 200 ppm.

Pupuk Organik Untuk Anggrek

manure
Gambar diambil dari http://www.orchid.or.jp/

Seringkali apabila kita memelihara anggrek jenis terestrial, litofit, saprofit atau semi terestrial untuk menambahkan pupuk organik kedalam media tanamnya sebagai sumber unsur hara makro dan miro dan juga dapat untuk memperbaiki sifat kimia, biologi dan fisik tanah disekitar perakaran anggrek. Selain itu jika kita kreatif, maka sumber bahan organik dapat kita peroleh dengan mudah dari lingkungan sekitar kita, bahkan dari diri kita sendiri (ups!!). Berikut saya sajikan nilai kandungan rata-rata pupuk organik dari berbagai sumber bahan organik.

Pengenalan Fungisida

Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi). Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik local. Pada fungisida, terutama fungisida sistemik dan non sistemik, pembagian ini erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya.

Insektisida Hayati

bugs
Gambar diambil dari http://whatcom.wsu.edu/

Budidaya anggrek tentunya akan mengalami interaksi baik dari lingkungan abiotik (tak hidup) dan lingkungan biotik (hidup). Salah satu bentuk interaksi biotic yaitu parasitisme, dimana anggrek berada sebagai organisme yang dirugikan, sedangkan hama sebagai organisme yang diuntungkan.

Anggrek Dendrobium


Dendrobium species originate over an extremely large area with a wide range of habitat elevations. It is, therefore, impossible to accurately make any generalizations about their culture. Often heard remarks such as, "Dendrobium species are difficult to grow", "Dendrobiums won't grow in this area", or "Beginners should avoid Dendrobium species" are simply generalizations that are too broad to be accurate. It is true that individual species often require very specific growing conditions, but with approximately 1240 species to choose from, plants can generally be found that are suitable for practically any growing area.

A few general facts about the large and varied genus Dendrobium might help growers understand the difficulty in trying to apply generalizations to so many species. Dendrobium habitat extends from India in the west, to Japan in the north, Australia and New Zealand in the South, and ranges eastward to include most of the Pacific Islands. Within this huge region, Dendrobium species are found from sea level to about 12,000 feet (3660 m).